Bahan-bahan
kimia disekitar
Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan
tidak dalam keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat
lainnya. Seperti telah kamu pelajari di kelas VII, campuran suatu zat akan
tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia
akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya.
Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat bergantung pada kandungan zat dalam
bahan yang bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan
sehari-hari. Namun, pada bab ini hanya akan dibahas beberapa kelompok bahan
kimia saja. Bahan kimia yang dimaksud, di antaranya adalah: 1. pembersih; 2.
pemutih pakaian; 3. pewangi; 4. pestisida; 5. zat aditif makanan; 6. zat
adiktif; dan 7. zat psikotropik
1. Bahan Kimia Pembersih
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai bahan
kimia pembersih, di antaranya sabun dan detergen, seperti ditunjukkan pada
Gambar 8.1. Sabun
dan detergen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya
tidak dapat bercampur dengan air menjadi mudah bercampur. Sabun dan detergen
dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian yang suka air
(hidrofilik) sehingga
Daftar
harga :
1.Sabun mandi
Rp.2000
2.Deterjen
Rp.1000
Sehingga dapat
larut dalam air dan bagian yang tidak suka akan air (hidrofobik) sehingga larut
dalam minyak atau lemak. Jika dalam pakaian yang dicuci dengan detergen
terdapat kotoran lemak maka bagian ion yang bersifat hidrofobik masuk ke dalam
butiran lemak atau minyak dan bagian ion tersebut yang bersifat hidrofilik akan
mengarah ke pelarut air. Keadaan ini menyebabkan butiran-butiran minyak akan
saling tolak-menolak karena menjadi bermuatan sejenis. Akibatnya, kotoran lemak
atau minyak yang telah lepas dari pakaian tidak dapat saling bersatu lagi dan
tetap berada dalam larutan.
2. Pemutih Pakaian
Pemutih
biasanya dijual dalam bentuk larutannya (lihat Gambar 8.3) dan digunakan untuk
menghilangkan kotoran atau noda berwarna yang sukar dihilangkan dengan hanya
menggunakan sabun atau detergen. Larutan pemutih yang dijual di pasaran
biasanya mengandung bahan aktif natrium hipoklorit (NaOCl) sekitar 5%. Selain
digunakan sebagai
Dengan
harga :Rp 3000
pemutih
dan membersihkan noda, juga digunakan untuk desinfektan (membasmi kuman). Pada
umumnya, bahan pemutih yang dijual di pasaran sudah aman untuk dipakai selama
pemakaiannya sesuai dengan petunjuk. Selain dengan noda, zat ini juga bisa
bereaksi dengan zat warna pakaian sehingga dapat memudarkan warna pakaian. Oleh
karena itu, pemakaian pemutih ini harus sesuai petunjuk.
Pewangi
merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya dengan kehidupan kita
sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari bahan alam maupun
sintetik. Bahan pewangi alami yang sudah kita kenal di antaranya diperoleh dari
daun kayu putih, kulit kayu manis, batang kayu cendana, bunga kenanga, bunga
melati, dan buah pala. Bahan pewangi sintetik biasanya dipakai dalam berbagai
pewangi atau parfum dalam kemasan, seperti pada Gambar 8.4. Selain zat yang
menimbulkan aroma wangi, pewangi yang dijual di pasaran biasanya mengandung
zat-zat lain, seperti alkohol untuk pewangi yang berbentuk cair dan tawas untuk
pewangi yang berbentuk padat. Selain alkohol, masih terdapat beragam zat
tambahan lainnya yang sengaja ditambahkan ke dalam pewangi agar parfum mudah
disemprotkan (zat tersebut berfungsi sebagai propelan). Di antara zat-zat
tambahan yang dapat berfungsi sebagai propelan tersebut ada yang dapat
mencemari lingkungan. Propelan tertentu jika lepas ke udara kemudian masuk ke
atmosfer bagian atas akan merusak lapisan ozon (suatu lapisan di udara bagian
atas yang melindungi manusia dari sinar-sinar berenergi tinggi, seperti sinar
ultra violet). Untuk itu, kita harus selektif ketika membeli produk berupa
parfum, jangan sampai mengandung bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan. Dengan
harga : Rp.10000
4. Pestisida
Bahan
kimia jenis pestisida erat sekali dengan kehidupan para petani. Pestisida
dipakai untuk memberantas hama tanaman sehingga tidak mengganggu hasil produksi
pertanian. Pestisida meliputi semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama
yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, jamur, bakteri,
virus, tikus, bekicot, dan nematoda (cacing). Pestisida yang biasa digunakan
para petani dapat digolongkan menurut fungsi dan sasaran penggunaannya, yaitu:
B. Zat Aditif dalam Bahan Makanan
Setiap
hari kita memerlukan makanan untuk mendapatkan energi (karbohidrat dan lemak)
dan untuk pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel yang rusak (protein).
Selain itu, kita juga memerlukan makanan sebagai sumber zat penunjang dan
pengatur proses dalam tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air. Sehat tidaknya
suatu makanan tidak bergantung pada ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma,
atau kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang diperlukan oleh
tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat apabila mengandung satu macam atau lebih
zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu mengonsumsi makanan
yang beragam agar semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini
dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung semua jenis zat yang
diperlukan oleh tubuh setiap hari. Supaya orang tertarik untuk memakan suatu
makanan, seringkali kita perlu menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam
makanan yang kita olah. Bisa kita perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan
punya selera untuk memakan sayur sop yang tidak digarami atau bubur kacang
hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini, garam dan
at, dan
diazinon. Gambar 8.5 merupakan contoh produk insektisida untuk memberantas
nyamuk.
1. Zat Pewarna
Pemberian
warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan
menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang
biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah: a. Zat pewarna alami,
dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari
daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, seperti
2. Zat Pemanis
Zat
pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Zat
pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Zat pemanis alami. Pemanis
ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu,
zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis
alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami
secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah
gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang mengandung
pemanis alami terlalu tinggi. b. Zat pemanis buatan atau sintetik. Pemanis
buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai
sumber energi. Oleh karena itu, orangorang yang memiliki penyakit kencing manis
(diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti
pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat,
magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam (lihat Gambar 8.12), dan dulsin.
Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang
lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garamgaram siklamat memiliki kemanisan
30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam
natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan
dengan kemanisan sukrosa 10%. Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan
dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan
karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan
sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga
merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam
siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa
sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan
penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa
gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.
3. Zat Pengawet
Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan
minuman tetap layak untuk dimakan atau diminum walaupun sudah tersimpan lama.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara menambahkan zat aditif kelompok
pengawet (zat pengawet) ke dalam makanan dan minuman. Zat pengawet adalah
zatzat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan
minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi
makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur. Karena
penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi
sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan
beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual di toko-toko
atau supermarket biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang
menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih dapat dikonsumsi
tanpa membahayakan kesehatan, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.13. Seperti
halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat
pengawet alami dan zat pengawet buatan